SURABAYA Sidikutama.online - Pada sore hari yang hujan deras, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2025, suasana di sekitar Jalan Kenjeran tampak berbeda dari biasanya. Hujan yang turun dengan cukup lebat membuat lalu lintas menjadi lebih lambat. Banyak kendaraan yang melaju pelan, dan pejalan kaki berlarian mencari tempat berteduh untuk menghindari guyuran air hujan yang terus mengguyur.
Di salah satu sisi jalan, terdapat sebuah warung kopi yang sudah cukup terkenal, Warkop 99. Dengan suasana yang hangat dan aroma kopi yang khas, Warkop 99 menjadi tempat yang tepat untuk berlindung dari hujan. Di dalam warung kopi itu, sekelompok orang tengah duduk santai menikmati secangkir kopi sambil berbincang ringan.
Pada kesempatan kali ini, saya berteduh di Warkop 99 bersama seorang wartawan yang sering mengabarkan informasi tentang kejadian-kejadian menarik di kota. Wartawan yang tidak ingin disebutkan namanya ini, terlihat cukup akrab dengan suasana warung kopi yang penuh dengan percakapan hangat.
Pada pukul 17:30 sore hari, suasana di Warkop 99 semakin ramai. Beberapa pelanggan baru masuk setelah berteduh dari hujan. “Hujan seperti ini sering terjadi di Kenjeran, membuat banyak orang mencari tempat berteduh. Warkop 99 memang jadi pilihan banyak orang karena selain kopinya enak, suasananya juga nyaman,” ujar wartawan tersebut.
Kami duduk di sudut warung, di bawah lampu temaram yang membuat suasana menjadi lebih hangat. Sambil menikmati secangkir kopi hitam, wartawan itu bercerita mengenai kegiatannya sepanjang hari dan beberapa berita menarik yang sedang dia liput. Keberadaannya di tengah hujan ini bukanlah kebetulan, karena seringkali kondisi cuaca yang tidak menentu membuat banyak orang, termasuk dirinya, mencari tempat untuk beristirahat sejenak.
Di luar, hujan masih turun dengan intensitas yang tidak berkurang. Namun di dalam Warkop 99, percakapan antar pengunjung mulai mengalir, menciptakan suasana yang hidup meski cuaca mendung di luar.
Sebagai tempat berteduh yang nyaman di tengah kota, Warkop 99 memang menjadi pilihan bagi banyak orang. Bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga sebagai tempat bertemu teman, berdiskusi, atau sekadar menunggu hujan reda. Pada sore hari itu, kami pun menghabiskan waktu dengan perbincangan yang hangat, sambil menunggu hujan berhenti dan perjalanan kembali bisa dilanjutkan.
Setelah sekitar satu jam berteduh, hujan akhirnya mulai reda, meski rintik-rintik masih terdengar. Kami pun beranjak pergi dari Warkop 99, melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti oleh hujan, dengan harapan cuaca yang lebih cerah di masa mendatang.
Jalan Kenjeran, dengan segala hiruk-pikuk dan keunikannya, tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang terus berjalan, meskipun hujan sempat menghentikan langkah sementara.
Reporter : mat
